sudah mengingatkan saya bahwa saya sangat amat beruntung dengan apa yang saya miliki hari ini, tbahwa saya amat sangat beruntung bisa merasakan nikmatnya sekolah lagi, meskipun harus pusing sama persamaan matematika, yang entah bakal kepake buat kerja atau nggak. meskipun pusing, tapi yang penting ga bikin pusing orang lain.
Terimakasih ya,
sudah mengingatkan saya bahwa saya amat beruntung karena tidak perlu membawa kaleng aibon kemana-mana untuk melupakan rasa lapar yang sudah tidak bisa ditahan oleh sabuk yang di celana yang udah di tarik sampe ke bolongan yang terakhir, atau sekedar memberi tahu bahwa di kaki saya masi ada sepatu yang meskipun sudah kumal dan karetnya makin menipis, tapi masi mampu membuat kaki saya hangat, dan solnya masi bisa di pakai sampai 6 bulan kedepan.
Terimakasih ya,
karena sudah mengigatkan saya bahwa saya punya rumah, yang di dalamnya ada 2 orang yang sangat mengasihi saya dan menanti saya pulang, dan mungkin juga penasaran apakah presentasi saya hari ini sukses atau enggak, dan atau bos saya masi bad mood atau nggak.
Dan terimakasih ya,
karena ternyata persoalan 'pihak' kedua yang bikin saya lumpuh itu adalah tidak ada apa-apanya dibandingan dengan perjuangan hidup kamu yang mungkin, untuk beli sepotong roti 1000an aja harus mikir berulang kali, apakah rasanya bakal se worth-it uang seribu yang bakal kamu keluarkan itu atau nggak, atau apakah si roti bisa bikin kenyang atau mending beli aibon baru aja biar lupa sama rasa laparnya.
Terimakasih, karena Allah sudah mengirim kamu, dihari ini, untuk mengingatkan saya bahwa, hidup saya tidak se-shitty itu, bahwa, Allah sudah sangat baik sekali sama saya sampai hari ini, bahwa, semua masalah saya adalah hanya masalah sepele biasa, yang harusnya bisa saya lewati, tanpa drama, dan tetap senyum. terimakasih (sekali lagi) dan, semoga roti dan air mineralnya bisa menghibur :)
