26 Mar 2014

Tentang simpul-simpul.

Hidup mungkin semacam benang kusut dengan jutaan simpul yang membelit yang membentuk sebuah gambar besar yang indah. 

Jutaan mahluk hidup dibumi ini. Dimana masing-masing individu ini hidup dengan belitan simpulnya masing-masing. beberapa orang masi terjebak diantara belitan simpulnya sendiri, ada yang panik karena melihat orang lebih berhasil memecah simpulnya lebih dulu, ada yang tenang, ada yang menikmati, ada yang memilih untuk keluar sejenak dan mencoba mencari solusi lain untuk melepaskan simpulnya sendiri tanpa merasa tergaggu dengan mereka yang sudah berhasil memecah simpulnya lebih dulu.

Beberapa orang belajar dari lilitan simpul-simpul yang membelitnya, beberapa merasa orang paling malang karena terus membandingkan keruetan simpul-simpulnya dengan simpul-simpul orang lain. mereka yang berhasil lepas dari lilitan simpul-simpul biasanya menjadi lebih bijak, ada juga yang jadi lebih sinis. beberapa yang menjadi bijak mungkin sudah menyadari bahwa semua manusia mengalami hal yang sama. mungkin tiap individu diberi simpul yang berbeda. tapi bebannya tetap sama atau setidaknya sebading dengan kapasistas kemampuan individu tsb. 

Pagi ini saya melihat seorang tetangga yang sepertinya sudah berhasil memecah simpulnya. saya ingat sekali dulu betapa dirinya merasa cukup superior diantara tetangga-tetangga lainnya. karena hidupnya lebih mapan, dengan suami yang ideal, dan anak-anak manis yang lucu-lucu. sehingga dia melihat hidupnya lebih bermartabat dari orang lain. memandang rendah orang-orang sekelilingnya dan sering kali berkata cukup nyinyir. saya ingat sekali waktu dulu saya masi kecil, karena terlalu sering main kerumah si tetangga  ini saya dimarahi ibu karena katanya, ibu dengar gosip bahwa saya anak nakal yang jarang belajar yang kerjaanya hanya menggangu anaknya (tetangga saya ini) sehingga anak tetangga ini jadi malas belajar. jadilah saya jarang main lagi dengan anak tetangga ini karena takut dimarahi ibu.

Lalu tahun berganti, keluarga si tetangga ini mulai menemukan simpul-simpul yang ternyata membelit keluarganya. anak-anak manis yang lucu-lucu tersebut teryata tumbuh dengan bebagai permasalahannya. keluarga bahagia tersebut mengalami jatuh bangun saat anak-anak manis yang dibanggakannya ternyata merupakan ujian terbesar dari keluarganya. berbagai peristiwa terjadi beberapa membuatnya cukup depresi dan mempertanyakan mengapa hal tersebut terjadi pada keluarganya. sepertinya harga dirinya terkoyak. memori terakhir yang saya ingat darinya adalah dia menjadi pribadi yang lebih sinis.

Sampai pagi ini..

Setelah beberapa tahun jarang bertemu, hari ini saya liat dia sedang mengobrol dengan tetangga di depan. seperti biasa saya menyapa, dan suprisingly.. dia menyapa saya. menanyakan keadaan ibu lalu diakhiri dengan doa, semoga segala usaha saya dilancarkan dan ibu lekas sembuh. masih agak sedikit kaget saya ucapkan terimakasih kepadanya. 

Entah dia hanya kasihan pada saya atau memang sudah benar-benar berubah. tetapi saya lihat tatapan wajahnya kini sudah melunak, ada senyum di wajahnya. Tuhan selalu punya cara untuk membuat manusia belajar. dan sepertinya kali ini sang tetangga yang dulu sinis itu sudah belajar dan mungkin berhasil keluar dari simpul-simpul yang melilitnya? saya tidak tau. yang pasti saya yakin kali ini hidupnya sudah lebih damai. :)

Bandung, 26 Maret 2014