Alhamdulillah..
Adalah kata yang paling tepat menggambarkan perasaan saya saat ini, ketika kita kembali dipertemukan dengan seorang sahabat lama. Seseorang dari masa lalu yang pernah mewarnai hidup kita. Seseorang yang pernah kembali terlintas di kepala kita ketika kita sedang melamun. Mungkin. Sesorang pernah menjadi tempat kita berbagi.
Sudah hampir 5 tahun. Sejak saya memilih untuk berkuliah di sini saja. Dan dia memilih untuk pindah ke Jakarta. Ketika itu, saat kita benar-benar melepas balutan seragam putih abu-abu. Melangkah ke jenjang pendidikan yang selanjutnya, untuk 1 lagi langkah kita mendekati kedewasaan. Silaturahmi itu tak lagi terjalin. Loose contact. Tak ada yang menyadarinya, tidak dia , tidak saya, tidak juga mereka. Semua dengan dunia kita masing-masing.
Waktu tidak akan pernah mengencerkan kekentalan chemistry dari dua orang yang menganggap dirinya sahabat. Ketika momen itu datang semua rasa seperti tumpah. Pembicaraan itu mengalir layaknya bendungan yang akhirnya jebol. Hangat dan menyenangkan.
Satu hal yang membuat saya bersyukur adalah saya hidup pada zaman ini, ketika dunia sudah semakin datar kata Thomas L. Friedman. saat jarak tidak lagi menjadi hambatan. Alhamdulilah silaturahmi itu masih tetap terjaga.
Kini, dia sudah menikah, menantikan kelahiran anak pertamanya, rambutnya tidak lagi terurai. ada jilbab yang menutupi nya. saya sendiri masih dengan cita-cita dan mimpi-mimpi saya. Rambut saya masih berantakan :P . single and happy. Dia sudah lebih dewasa sekarang. Saya pun demikian. Pola pikir dan topic pembicaraan yang tidak sama namun masih tetap hangat. Semagat yang dulu pernah mengebu-gebu kini teredam dalam tuturkata bijak yang menandakan kita semua sudah beberpa langkah menuju kedewasaan .
Alhamdulillah..