24 Feb 2013

I envy their friendship

...Ada satu film yang lagi gua sukaa banget. Film remaja sih. gua tau gua udah ga remaja lagi. tapi yang satu ini beda. judulnya The Perks of Being Wallflower. film ini bercerita tentang seorang Charlie yang berjuang untuk bisa ngelewatin masa-masa SMU-nya sebagai seorang introvert dari ga punya teman sampai dapet temen.
ceritanya mungkin sederhana. tapi jalannya nggak sesederhana itu.

Mary Anne - Charlie - Sam - Patrick - Alice

Film ini mengangkat banyak issue seputar transformasi seorang remaja yang menuju dewasa. Dari issue susah nya cari temen, narkoba, pacaran, bahagianya punya teman satu geng, bullying, sampai permasalahan identitas seksual dan pelecehan seksual pada remaja. buat yang ngerasa introvert pasti bakal seneng banget nonton film ini, soalnya bakal berasa nggak sendirian lagi.

Filmnya diangkat dari novel berjudul sama karyanya Stephen Cobsky. katanya sih novelnya sempet di banned supaya ga beredar di Amerika saking gamblangnya sang penulis menggambarkan dinamika kehidupan remaja di Amerika. kalau bener kehidupan SMU di amerika adalah seberat itu maka gua merasa sangat beruntung karena dibesarkan dan bertumbuh di indonesia karena orang indonesia sangat suka berteman. meskipun bule-bule sering nganggep orang indonesia itu hobi basa-basi dan mencampuri urusan orang lain. toh nyatanya.. tindakan basa-basi itu bikin orang indonesia lebih akrab sama tetangga atau teman-temannya. dan jarang banget ada kasus seseorang ga pernah dapet teman dari awal masuk sekolah sampai kuliah di indonesia.

Bagian yang paling bikin gua jatuh cinta sekaligus iri sama film ini adalah kisah pertemanan Charlie, Sam, dan Patrick. *uhhm gua sukaaa banget sama karakter Patrick di film ini, tapi nanti aja, kita bahas soal dia di lain waktu ya*. Patrick adalah teman pertama yang charlie yang dia kenal di kelas prakarya. dan Sam adalah saudara tiri Patrick. Mereka bertiga berteman setelah mengetahui teman baik charlie meninggal akibat bunuh diri.

Memasuki lingkungan baru mungkin memang suatu proses yang biasa. tapi justru proses untuk bisa diterima dilingkungan baru itu emang selalu jadi bagian yang nggak mudah. kadang-kadang kita harus menjadi seseorang yang 'bukan kita' supaya kita bisa diterima disuatu lingkungan baru, karena terkadang menjadi diri sendiri pun sering kali malah  lebih mempersulit kita untuk bisa diterima. Charlie berusaha untuk menarik diri dari hiruk pikuk SMU demi terhindar dari tindakan bullying sampai dia ketemu Patrick yang kayaknya bernasib sama kayak dia, lalu Sam rela pura-pura nggak tau kalau dia sudah ditipu sama pacarnya demi supaya gak diputusin, dan Patrick memilih untuk jadi diri sendiri, jadi orang paling quirky dan pura-pura cuek sama semua ejekan yang dia terima. semuanya nggak selalu berjalan mulus,  tapi semuanya berusaha untuk bisa survive ngelewatin masa SMU. tapi ketika mereka bareng-bareng, ngelakuin berbagai macam randomness, mereka semua bisa jadi diri sendiri dan ga ada yang protes satu sama lain. waktu yang satu lagi kena masalah, atau sedih, yang lain pasti ngasi support.

pokoknya pertemanan mereka bener-bener bikin iri deh. bukan karena iri gua ga punya teman, tapi iri karena keterikatan mereka yang amat-sangat istimewa.

I can see it. This one moment when you know you're not a sad story. You are alive. And you stand up and see the lights on the buildings and everything that makes you wonder. And you're listening to that song on that drive with the people you love most in this world. And in this moment, I swear...We are infinite. 
~Charlie. The Perks Of Being A Wallflower

tontonlah filmnya.. pasti bakal ngiri juga sama persahabatan mereka :D











Tidak ada komentar: